Menjaga keIndonesiaanku, judul
ini terlintas begitu saja kala saya mengikuti acara ngobrol bareng MPR dengan
Netizen di Jogja beberapan waktu yang lalu. Dalam acara tersebut hadir juga
ketua MPR saat ini Bapak Zulkifli Hasan, Sekjen MPR Bapak Ma’ruf Cahyono dan
Bapak TB Soenmandjaja. Beliau bertiga hadir di Jogjakarta dalam rangka
mensosialisasikan 4 Pilar MPR dan penanggulangan radikalisme.
Pada mulanya saya berpikir
bahwa acara ini akan sangat membosankan dan sedikit berprasangka akan lebih
sarat kepentingan pribadi dengan tameng nasionalisme. Namun ternyata saya salah
besar, diacara tersebut rasa nasionalisme dan cinta tanah air saya terpantik
kembali dari alam bawah sadar saya. Nasionalisme dan cinta tanah air yang mulai
tertutup kerak apatis atas tingkah laku wakil rakyat, kembali muncul.
4 Pilar MPR
sumber gambar : Ary gunawan |
Hari pertama Bapak Zulkifli
Hasan menyampaikan diskusi mengenai 4 pilar sekaligus sosialisasi kepada
netizen di Jogja. Apakah 4 pilar itu? Mungkin beberapa dari kita belum
mengetahui apa itu 4 pilar MPR yang didengungkan sejak lama. 4 pilar itu adalah
- Pancasila
- UUD 1945
- Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
- Bhinneka Tunggal Ika
Ke-empatnya adalah pedoman
dalam berbangsa dan bernegara. Teringat sesuatu? Benar, bagi saya yang
kelahiran 80 an, 4 pilar ini tidak asing bagi saya. Semenjak Sekolah
Dasar hingga Menengah Atas (SMA),materi 4 Pilar ini sudah saya kenal
melalui kegiatan penataran P4 (Pedoman,Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).
Selain P4 ada juga mata pelajaran PMP dan PPKN yang semuanya berisi mengenai 4
pilar dan bagaimana kita hidup berbangsa dan bernegara.
Pada masa presiden Soeharto,
penanaman nilai-nilai ini dilakukan dengan metode doktrin. Penanaman nilai
dengan doktrin ini dapat dikatakan berhasil pada masanya, namun seiring
berakhirnya kepemimpinan Soeharto,berakhir pula upaya penanaman nilai berbangsa
dan bernegara ini.
Saat ini MPR berupaya
mensosialisasikan 4 pilar ini dengan tujuan tujuan agar masyarakat terutama
generasi muda sekarang kembali mengerti dan memahami bahwa hidup di Negara
Kesatuan Republik Indonesia ini ada pedomannya. Tentu saja metode yang
digunakan dalam sosialisasi saat ini berbeda dengan dahulu. Memahami bahwa
media dan social media menjadi alat yang efektif dalam menyebarkan berita dan
pembentukan opini. MPR mulai menggandeng netizen dalam mensosialisasikan 4
Pilar ini.
Menangkal Radikalisme
dengan 4 Pilar
Bapak Soenmandjaja (sumber:Ma'ruf Cahyadi) |
Hari berikutnya bapak Soenmandjaja
memberikan paparan mengenai radikalisme. Radikalisme sendiri muncul dikarenakan
tiga hal. Yang pertama adalah radikalisme yang muncul disebabkan oleh factor
keluarga. Radikalisme yang disebabkan factor ini muncul dari konflik yang
terjadi dari dalam keluarga yang membekas dalam benak.
Factor yang kedua adalah
proses pendidikan atau pengajaran, radikalisme jenis ini bukan disebabkan oleh
keluarga namun lingkungan eksternal dimana individu belajar dan bersosialisasi.
Factor yang terakhir adalah factor pilihan. Factor ini kembali ke individu
masing-masing dimana seseorang bias memilih menjadi atau tidak menjadi radikal.
Radikalisme juga dapat dipicu oleh kebijakan pemerintah dimana ada unsur
ketidakadilan yang muncul dalam masyarakat, baik itu dibidang pendidikan,
ekonomi lapangan kerja dan lain-lain.
Disinilah peran pemaham
tentang nilai berbangsa dan bernegara dapat menangkal radikalisme yang semakin
menguat saat ini. Bapak Soenmandjaja juga berpesan Indonesia ini terdiri dari
banyak suku maupun agama, menjadi Indonesia bukan berarti menanggalkan
identitas tersebut. Menjadi Indonesia berarti tetap seperti apa adanya. Analogi
dari hal tersebut adalah mobil, mobil itu terdiri dari mesin , roda, setir, rem
dan lain-lain. Begitu juga Indonesia, Indonesia tanpa Aceh bukan
Indonesia,Indonesia tanpa Maluku bukan Indonesia. Karena kita adalah satu,
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar