adsense

Selasa, 29 Maret 2016

Menjaga KeINDONESIAanku



Menjaga keIndonesiaanku, judul ini terlintas begitu saja kala saya mengikuti acara ngobrol bareng MPR dengan Netizen di Jogja beberapan waktu yang lalu. Dalam acara tersebut hadir juga ketua MPR saat ini Bapak Zulkifli Hasan, Sekjen MPR Bapak Ma’ruf Cahyono dan Bapak TB Soenmandjaja. Beliau bertiga hadir di Jogjakarta dalam rangka mensosialisasikan 4 Pilar MPR dan penanggulangan radikalisme.

Pada mulanya saya berpikir bahwa acara ini akan sangat membosankan dan sedikit berprasangka akan lebih sarat kepentingan pribadi dengan tameng nasionalisme. Namun ternyata saya salah besar, diacara tersebut rasa nasionalisme dan cinta tanah air saya terpantik kembali dari alam bawah sadar saya. Nasionalisme dan cinta tanah air yang mulai tertutup kerak apatis atas tingkah laku wakil rakyat, kembali muncul.

4 Pilar MPR

sumber gambar : Ary gunawan


Hari pertama Bapak Zulkifli Hasan menyampaikan diskusi mengenai 4 pilar sekaligus sosialisasi kepada netizen di Jogja. Apakah 4 pilar itu? Mungkin beberapa dari kita belum mengetahui apa itu 4 pilar MPR yang didengungkan sejak lama. 4 pilar itu adalah

  1. Pancasila 
  2. UUD 1945 
  3. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 
  4. Bhinneka Tunggal Ika

Ke-empatnya adalah pedoman dalam berbangsa dan bernegara. Teringat sesuatu? Benar, bagi saya yang kelahiran 80 an, 4 pilar ini tidak asing bagi saya. Semenjak Sekolah Dasar  hingga Menengah Atas (SMA),materi 4 Pilar ini sudah saya kenal melalui kegiatan penataran P4 (Pedoman,Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Selain P4 ada juga mata pelajaran PMP dan PPKN yang semuanya berisi mengenai 4 pilar dan bagaimana kita hidup berbangsa dan bernegara.

Pada masa presiden Soeharto, penanaman nilai-nilai ini dilakukan dengan metode doktrin. Penanaman nilai dengan doktrin ini dapat dikatakan berhasil pada masanya, namun seiring berakhirnya kepemimpinan Soeharto,berakhir pula upaya penanaman nilai berbangsa dan bernegara ini. 

Saat ini MPR berupaya mensosialisasikan 4 pilar ini dengan tujuan tujuan agar masyarakat terutama generasi muda sekarang kembali mengerti dan memahami bahwa hidup di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini ada pedomannya. Tentu saja metode yang digunakan dalam sosialisasi saat ini berbeda dengan dahulu. Memahami bahwa media dan social media menjadi alat yang efektif dalam menyebarkan berita dan pembentukan opini. MPR mulai menggandeng netizen dalam mensosialisasikan 4 Pilar ini.

Menangkal Radikalisme dengan 4 Pilar

Bapak Soenmandjaja (sumber:Ma'ruf Cahyadi)





Hari berikutnya bapak Soenmandjaja memberikan paparan mengenai radikalisme. Radikalisme sendiri muncul dikarenakan tiga hal. Yang pertama adalah radikalisme yang muncul disebabkan oleh factor keluarga. Radikalisme yang disebabkan factor ini muncul dari konflik yang terjadi dari dalam keluarga yang membekas dalam benak.

Factor yang kedua adalah proses pendidikan atau pengajaran, radikalisme jenis ini bukan disebabkan oleh keluarga namun lingkungan eksternal dimana individu belajar dan bersosialisasi. Factor yang terakhir adalah factor pilihan. Factor ini kembali ke individu masing-masing dimana seseorang bias memilih menjadi atau tidak menjadi radikal. Radikalisme juga dapat dipicu oleh kebijakan pemerintah dimana ada unsur ketidakadilan yang muncul dalam masyarakat, baik itu dibidang pendidikan, ekonomi lapangan kerja dan lain-lain.

Disinilah peran pemaham tentang nilai berbangsa dan bernegara dapat menangkal radikalisme yang semakin menguat saat ini. Bapak Soenmandjaja juga berpesan Indonesia ini terdiri dari banyak suku maupun agama, menjadi Indonesia bukan berarti menanggalkan identitas tersebut. Menjadi Indonesia berarti tetap seperti apa adanya. Analogi dari hal tersebut adalah mobil, mobil itu terdiri dari mesin , roda, setir, rem dan lain-lain. Begitu juga Indonesia, Indonesia tanpa Aceh bukan Indonesia,Indonesia tanpa Maluku bukan Indonesia. Karena kita adalah satu, Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar